SLEMAN - Kehadiran
Partai Nasdem terus mengusik perhatian elite Partai Golkar. Maklum,
partai yang kelahirannya diawali dengan mendirikan Ormas Nasional
Demokrat itu dibidani sejumlah mantan fungsionaris partai beringin.
Salah satu tokoh sentral Nasdem di pusat
adalah Surya Paloh. Sedangkan untuk DIJ, partai ini diketuai mantan
anggota DPD dan caleg DPR RI Partai Golkar 2009 Subardi.
”Kami ini gurunya sama. Tunggal guru ora oleh ganggu. Pak Surya Paloh
itu dulu kader Golkar. Sama-sama murid Soeharto. Kalau Harry Tanoe kami
nggak tahu murid siapa?” ujar Ketua DPD Partai Golkar DIJ HM Sabaruddin
Gandung Pardiman yang mengundang geer saat pembukaan Rakornis DPD
Partai Golkar se DIJ di Hotel Sahid kemarin (18/7).
Rencananya rakornis itu dihadiri Ketua
Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. Namun Ical batal datang dan diwakili
Ketua DPP Firman Subagyo.
Meski mengaku sama-sama murid tokoh
Orba, Gandung merasa bangga kadernya tidak kepincut dengan kemunculan
Nasdem. Dalam gemblengan politiknya, anggota DPR RI ini mengatakan,
kehadiran seorang pemimpin tidak bisa dicetak secara instan.
Pemimpin instan lahir hanya untuk
mengejar kedudukan. Sedangkan pemimpin sejati kehadirannya diabdikan
untuk prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela. ”Itu jadi patron
Golkar,” kata Gandung yang selalu teringat dengan masa lalu partainya
yang nyaris dibubarkan aksi demo PRD 1998 silam.
Mantan Wakil Ketua DPRD DIJ ini
mengingatkan, jalannya roda organisasi ibarat roda. Kadang di atas dan
kadang di bawah. Namun demikian, ia ingin kepemimpinan di partainya
terus berlanjut.
Gandung tak ingin Golkar bernasib seperti Kerajaan Majapahit yang hilang ditelan zaman setelah ditinggal Patih Gadjah Mada lengser. ”Nasib Majapahit jangan sampai kita alami. Kita harus cetak dan siapkan pemimpin-pemimpin berkualitas,” ajaknya berapi-api.
Gandung tak ingin Golkar bernasib seperti Kerajaan Majapahit yang hilang ditelan zaman setelah ditinggal Patih Gadjah Mada lengser. ”Nasib Majapahit jangan sampai kita alami. Kita harus cetak dan siapkan pemimpin-pemimpin berkualitas,” ajaknya berapi-api.
Senada dengan Gandung, Ketua Dewan
Pembina Partai Golkar Akbar Tandjung juga menyinggung kehadiran Partai
Nasdem yang banyak didukung mantan petinggi Golkar. Selain didominasi
bekas kader Golkar, sebagai pendatang baru, Partai Nasdem juga didukung
jaringan televisi nasional dan lokal. ”Ini harus diperhatikan,”
pintanya.
Tak hanya soal Nasdem, Akbar juga
menyoal kekalahan calon gubernur DKI Alex Nooerdin yang diusung
partainya. Kekalahan itu bisa menjadi salah satu bahan evaluasi untuk
menghadapi agenda politik 2014, termasuk pencapresan Ical.
”Kita masih punya banyak waktu untuk
bekerja. Kita harus bekerja lebih keras agar kekalahan pilkada DKI tidak
terjadi pada 2014,” ujar mantan ketua DPR RI ini.
Politikus yang mendapatkan gelar Keraton
Surakarta Kanjeng Pangeran (KP) Aryo Tandyonagoro ini kembali
mengingatkan kunci meraih kemenangan. Sesuai munas di Pekanbaru, Riau,
2009 lalu, partainya telah menetapkan catur sukses yang harus
dilaksanakan. Meliputi sukses kondolidasi, kaderisasi, menciptakan
kreativitas, dan ide baru, serta sukses memenangkan pemilu, pilkada, dan
pilpres.
”Kalau itu dilakukan insya Allah kita akan rebut kembali kemenangan seperti Pemilu 2004,” tandasnya. (yog/kus/tya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar