Kamis, 19 Juli 2012

POLITIK Sama-Sama Murid Soeharto

SLEMAN - Kehadiran Partai Nasdem terus mengusik perhatian elite Partai Golkar. Maklum, partai yang kelahirannya diawali dengan mendirikan Ormas Nasional Demokrat itu dibidani sejumlah mantan fungsionaris partai beringin.
Salah satu tokoh sentral Nasdem di pusat adalah Surya Paloh. Sedangkan untuk DIJ, partai ini diketuai mantan anggota DPD dan caleg DPR RI Partai Golkar 2009 Subardi.
”Kami ini gurunya sama. Tunggal guru ora oleh ganggu. Pak Surya Paloh itu dulu kader Golkar. Sama-sama murid Soeharto. Kalau Harry Tanoe kami nggak tahu murid siapa?” ujar Ketua DPD Partai Golkar DIJ  HM Sabaruddin Gandung Pardiman yang mengundang geer saat pembukaan Rakornis DPD Partai Golkar se DIJ di Hotel Sahid kemarin (18/7).
Rencananya rakornis itu dihadiri Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. Namun Ical batal datang dan diwakili Ketua DPP Firman Subagyo.
Meski mengaku sama-sama murid tokoh Orba, Gandung merasa bangga kadernya tidak kepincut dengan kemunculan Nasdem. Dalam gemblengan politiknya, anggota DPR RI ini mengatakan, kehadiran seorang pemimpin tidak bisa dicetak secara instan.
Pemimpin instan lahir hanya untuk mengejar kedudukan. Sedangkan pemimpin sejati kehadirannya diabdikan untuk prestasi, dedikasi, loyalitas, dan tidak tercela. ”Itu jadi patron Golkar,” kata Gandung yang selalu teringat dengan masa lalu partainya yang nyaris dibubarkan aksi demo PRD 1998 silam.
Mantan Wakil Ketua DPRD DIJ ini mengingatkan, jalannya roda organisasi ibarat roda. Kadang di atas dan kadang di bawah. Namun demikian, ia ingin kepemimpinan di partainya terus berlanjut.
Gandung tak ingin Golkar bernasib seperti Kerajaan Majapahit yang hilang ditelan zaman setelah ditinggal Patih Gadjah Mada lengser. ”Nasib Majapahit jangan sampai kita alami. Kita harus cetak dan siapkan pemimpin-pemimpin berkualitas,” ajaknya berapi-api.
Senada dengan Gandung, Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Akbar Tandjung juga menyinggung kehadiran Partai Nasdem yang banyak didukung mantan petinggi Golkar. Selain didominasi bekas kader Golkar, sebagai pendatang baru, Partai Nasdem juga didukung jaringan televisi nasional dan lokal. ”Ini harus diperhatikan,” pintanya.
Tak hanya soal Nasdem, Akbar juga menyoal kekalahan calon gubernur DKI Alex Nooerdin yang diusung partainya. Kekalahan itu bisa menjadi salah satu bahan evaluasi untuk menghadapi agenda politik 2014, termasuk pencapresan Ical.
”Kita masih punya banyak waktu untuk bekerja. Kita harus bekerja lebih keras agar kekalahan pilkada DKI tidak terjadi pada 2014,” ujar mantan ketua DPR RI ini.
Politikus yang mendapatkan gelar Keraton Surakarta Kanjeng Pangeran (KP) Aryo Tandyonagoro ini kembali mengingatkan kunci meraih kemenangan. Sesuai munas di Pekanbaru, Riau, 2009 lalu, partainya telah menetapkan catur sukses yang harus dilaksanakan. Meliputi sukses kondolidasi, kaderisasi, menciptakan kreativitas, dan ide baru, serta sukses memenangkan pemilu, pilkada, dan pilpres.
”Kalau itu dilakukan insya Allah kita akan rebut kembali kemenangan seperti Pemilu 2004,” tandasnya. (yog/kus/tya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar